K.E.S.A.N.

Reposted from @abun_nada K.E.S.A.N.

‘Amr bin ‘Utbah mengingatkan guru yang mengajar anaknya, “Hendaknya proses perbaikan yang pertama kali Anda lakukan untuk anak saya adalah memperbaiki diri Anda. Sebab, mata anak-anak itu terikat pada Anda. Apa-apa yang Anda lakukan itu dianggap baik oleh mereka. Sementara sesuatu yang Anda tinggalkan itu berarti buruk menurut mereka.”

Anak, terutama balita, akan condong pada orang yang mendatangkan kesan baik padanya. Di antara bentuk kecondongan anak adalah ingin menyerupainya. Entah dalam tutur kata, penampilan, atau gaya.

Suatu ketika, Ibnu Abbas menginap di rumah Maimunah, bibinya yang sekaligus salah satu istri Rasulllah. Menjelang akhir malam, Rasul bangun. Beliau berwudhu, lalu bersiap shalat.

Ibnu Abbas melihat apa yang Rasul lakukan. Tanpa ada yang memerintah, Ibnu Abbas kecil pun menirunya. Selesai berwudhu, Ibnu Abbas menyusul shalat dengan bermakmum pada Rasul. Kelak, Ibnu Abbas menceritakan kenangannya bersama Rasul malam itu. Dari riwayat Ibnu Abbas ini, kita tahu bagaimana luar biasanya shalat malam yang Rasul lakukan.

Ibnu Abbas, Anas bin Malik, adalah di antara para sahabat Rasul yang masih belia ketika Rasul hidup. Dari mereka kita tahu bagaimana akhlak Rasul terhadap anak-anak kecil. Kenangan mereka bersama Rasul menjadi sumber ilmu yang tak pernah kering kita timba.

Menanamkan kesan baik pada anak penting dilakukan para orang tua. Sebab, jika bukan oleh orang tua, maka kesan itu akan diisi oleh yang lainnya. Bisa jadi itu adalah teman, tontonan, asisten rumah tangga, atau sosial media. Ketika anak lebih terkesan pada yang lain daripada orang tuanya, sedikit banyak itu akan menyulitkan proses tarbiyah pada mereka.

Dari sabda Rasul tentang keutamaan doa anak shalih, kita tahu bahwa anak adalah aset berharga yang kelak dapat mengalirkan kebaikan bagi orang tua ketika keduanya telah tiada.

Maka, sesekali kita tatap lekat-lekat anak-anak kita. Sudah seberapa serius kita wujudkan perintah Allah untuk menempa diri agar bisa menjauhkan mereka dari api neraka? Seberapa serius kita menempa diri agar bisa menjadi teladan bagi mereka?

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s