“Yang sudah, sedang, dan akan terjadi adalah yang terbaik bagi kita menurutNya dan yakinlah bahwa yang terbaik itu adalah memang yang pantas bagi kita menurut kehendakNya. Karena dengan keyakinan bahwa Dia lebih tahu apa yang terbaik bagi umatNya, maka saya percaya bahwa setiap apa yang terjadi, patut disyukuri.”

Menyambung catatan saya sebelumnya, jadi memang ketika kita berharap/berkeinginan atas sesuatu dan berusaha untuk itu, namun ternyata hal yang kita inginkan itu tidak (atau belum) terwujud, maka yakini bahwa memang itulah yang dikehendaki oleh Allah SWT.

Seringkali, kita manusia berpikir bahwa segala usaha sudah ditempuh, dengan berdoa, bekerja, dan segala bentuk ikhtiar lainnya, tapi tidak membuahkan hasil.

Saya belajar dari ayah, bahwa memang tidak selalu setiap usaha fisik maupun doa akan dikabulkan Allah. Lebih tepatnya ditunda atau justru diberikan sesuatu yang berbeda dan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan.

Kenapa?

Karena Allah lah yang lebih tau apa yang terbaik bagi umatNya, tentu dengan alasan yang tidak (atau belum kita mengerti). Pemikiran kita sebagai manusia jelas sangat terbatas, ditambah tidak selalu apa yang terjadi dalam hidup ini selalu bisa dijabarkan secara logis. Sekarang pertanyaannya adalah apakah kita, manusia pantas mempertanyakan kehendakNya atas kita?

Lalu bagaimana?

Saya pun belajar dari ayah atas jawaban dari pertanyaan itu. Tetaplah berusaha, berdoa untuk apa yang kita harapkan, karena Allah pun berjanji bahwa setiap doa kita (yang dilakukan dengan sungguh-sungguh dan disertai usaha yang sungguh-sungguh pula) akan dikabulkan.

Ketika itu tetap tidak (atau belum) terwujud?

Selalu berdoa, berusaha, dan…
Ikhlas serta tawakkal.
Karena kita, manusia hanyalah makhluk yang tercipta dengan banyak sekali keterbatasan dan keinginan yang justru tak terbatas. Yakinlah atas apa yang Allah kehendaki mengenai apa yang terbaik bagi kita, Dia lah yang lebih mengetahui segala sesuatu.